MAU PESAN KARANGAN BUNGA DI MAKASSAR?

WA 0812-3454-0602

 

Selain harum, bunga dipuji berkat keindahan kelopak dan warna-warninya. Awalnya, bunga dipandang sebagai simbol religius sebuah seremoni. Kini, bunga bukan lagi atribut pada upacara keagamaan semata. Kebutuhan terhadap karangan bunga semakin tinggi tatkala penduduk kota semakin ingin memaknai suatu hal dengan karangan bunga.

Perkembangan kota tentu semakin pesat tiap harinya. Pertumbuhan penduduk menyebabkan kebutuhan yang lebih besar pula terhadap karangan bunga di perkotaan. Pesta-pesta, perhelatan, acara keagamaan, hingga perayaan pada sebuah perusahaan terjadi setiap kalinya menghiasi kesibukan warga Kota. Sebagai kota daerah yang berkembang, Kota tentu telah memiliki florist-florist lokal yang siap menjawab kebutuhan dekorasi bunga. Namun, terkadang hal ini belumlah cukup.

Pesanan karangan bunga juga kerap datang dari luar perkotaan. menimbulkan peningkatan kerja produsen bunga di perkotaan. Beragam permintaan seperti bunga papan, bouquet dan standing flowers dari luar kota terkadang tidak terjawab. Hal ini, tidak jarang membuat pelanggan enggan memesan ulang atau malah mengilustrasikan bahwa dekorasi karangan bunga sebagai pilihan yang merepotkan.

Menyadari kesulitan pasokan bunga di kota daerah, telah hadir florist terjangkau dan berkualitas di perkotaan. Karangan Bunga di Makassar merupakan penghasil bunga yang melayani permintaan kota tetapi juga bekerja merangkaikan bunga sekaligus melayani pembelian pada toko bunga di perkotaan.

Selain karangan bunga berskala banyak, attribut suksesi dan terima kasih berupa buah tangan seikat bunga pun akan dilayani. Baik dalam wujud bouquet atau standing flowers berisikan ucapan ulang tahun, wisuda, kelahiran atau wedding. Sebagai salah satu florist Karangan Bunga di Makassar paham tiap keinginan karangan bunga bagi momen spesial warga Kota.

Bagi Anda warga kota yang akan menyambut agenda penting, tidak perlu lagi enggan memesan seikat karangan bunga. Jadikan Karangan Bunga di Makassar sebagai mitra pada setiap event berharga Anda.

Untuk pemesanan Karangan Bunga di Makassar

Anda dapat langsung menghubungi kami disini

Mengapa Harus Menggunakan Karangan Bunga ?

Karangan Bunga digunakan sebagai ungkapan seseorang atau perusahaan kepada orang tertentu. Karangan bunga ini tidak hanya digunakan dalam suasana berduka cita. Tapi juga dimanfaatkan saat momen kebahagiaan. Nah, apa sebenarnya makna atau fungsi dalam memberikan karangan Karangan Bunga tersebut?

Menjalin tali persaudaraan. Apa pun momennya karangan Karangan Bunga sangat tepat diberikan. Sebagai ungkapan tali persaudaraan antar saudara, teman, rekan kerja, kolega dan sebagainya.

Penambah kemeriahan acara. Karangan Karangan Bunga dirancang sangat khusus, dan dihiasi berbagai bunga yang cantik. Sehingga bisa menambah kemeriahan sebuah acara.

Sebagai ungkapan bela sungkawa. Memberikan Karangan Bunga saat upacara pemakaman memberikan arti sangat mendalam. Hal itu dianggap sebagai rasa kepedulian yang besar terhadap orang yang meninggal dunia dan juga keluarga yang ditinggalkan.

Sebagai ucapan suka cita. Saat Anda memberikan Karangan Bunga di pesta perkawinan, maka bisa diisyaratkan sebagai ungkapan ikut bergembira atas pernikahan kedua mempelai.

Berikut ini Alamat Vendor Pembuatan Karangan Bunga di Makassar

  1. Jl, Sultan Alauddin, depan Brimob
  2. Jalan. Pettaranim sukaria
  3. Jl Emmy Saelan
  4. BTP
  5. Jl Veteran
  6. dan banyak lagi

Beberapa contoh-contoh Karangan Bunga di Makassar

Keyword terkait;
tempat pesan karangan bunga di makassar
penjual karangan bunga tangan di makassar
harga karangan bunga pernikahan makassar
jual karangan bunga makassar
karangan bunga makassar kota makassar sulawesi selatan
tempat pesan karangan bunga makassar
toko karangan bunga makassar

SEJARAH KOTA MAKASSAR

Awalnya kota dan bandar Makassar ada di muara Sungai Tallo dengan dermaga niaga kecil di daerah itu pada pengujung era XV. Beberapa sumber Portugis menyampaikan, jika bandar Tallo itu awalannya ada di bawah Kerajaan Siang di seputar Pangkajene. Pada tengah era XVI, Tallo berpadu dengan sebuah kerajaan kecil yang lain yang namanya Gowa, dan memulai melepas diri dari kerajaan Siang, bahkan juga serang dan mengalahkan kerajaan-kerajaan sekelilingnya.

Karena makin intensifnya aktivitas pertanian di hilir sungai Tallo, menyebabkan pendangkalan sungai Tallo, hingga bandarnya dipindah ke muara sungai Jeneberang, disini terjadi pembangunan kekuasaan teritori istana oleh beberapa ningrat Gowa-Tallo yang selanjutnya membuat pertahanan benteng Somba Opu, yang 100 tahun selanjutnya jadi daerah pokok Kota Makassar. Pada periode pemerintah Raja Gowa XVI, dibangun Benteng Rotterdam, pada periode itu terjadi kenaikan rutinitas pada bidang perdagangan lokal, regional dan internasional, bidang politik dan bidang pembangunan fisik oleh kerajaan. Periode itu sebagai pucuk kemasyhuran Kerajaan Gowa, tetapi seterusnya karena ada kesepakatan Bungaya mengantarkan Kerajaan Gowa di awal kehancuran. Komoditi export khusus Makassar ialah beras, yang bisa diganti dengan rempah-rempah dari Maluku atau beberapa barang manufacturing asal Timur tengah, India dan Cina di Nusantara Barat. Dari laporan saudagar Portugal atau catatan-catatan lontara di tempat, dijumpai jika peran penting saudagar Melayu dalam perdagangan yang berdasar transisi hasil pertanian dengan beberapa barang import. Dengan mengalahkan kerajaan-kerajaan kecil disekelilingnya, yang biasanya berbasiskan agraris, karena itu Makassar kuasai teritori pertanian yang relatif luas dan usaha juga untuk merayu beberapa saudagar di kerajaan sekelilingnya supaya berpindah ke Makassar, hingga aktivitas perdagangan makin terpusat di bandar niaga baru Makassar.

Cuman dalam seabad saja, Makassar jadi salah satunya kota niaga terpenting dunia yang ditempati lebih 100.000 orang (kota paling besar ke 20 dunia). Pada jaman itu jumlah warga Amsterdam, yang terhitung kota kosmopolitan dan multikultural baru capai seputar 60.000 orang. Perubahan bandar Makassar yang begitu cepat itu, karena hubungan dengan pengubahan-perubahan pada aturan perdagangan internasional periode itu. Pusat khusus jaringan perdagangan di Malaka, dikalahkan oleh Portugal di tahun 1511, demikian pula di Jawa Utara makin sedikit mengikut kekalahan armada lautnya pada tangan Portugal dan pengkotakkotakan dengan kerajaan Mataram. Bahkan juga saat Malaka diambil pindah oleh Kompeni Dagang Belanda (VOC) di tahun 1641, banyak pedagang Portugis turut berpindah ke Makassar.

Baca juga:  Karangan Bunga di Sugapa

Sampai pada tengah era ke-17, Makassar berusaha melebarkan kekuasaannya ke sejumlah besar Indonesia Timur dengan mengalahkan Pulau Selayar dan sekelilingnya, kerajaan-kerajaan Wolio di Buton, Bima di Sumbawa, Banggai dan Gorontalo di Sulawesi sisi Timur dan Utara dan melangsungkan kesepakatan dengan kerajaan-kerajaan di Horor dan beberapa pulau lain di Maluku. Secara Internasional, sebagai salah satunya sisi penting di dunia Islam, Sultan Makassar merajut jalinan perdagangan dan diplomatik yang kuat dengan kerajaan-kerajaan Banten dan Aceh di Indonesia Barat, Golconda di India dan Kekaisaran Otoman di Timur tengah.

Jalinan Makassar dengan dunia Islam dengan diawali kedatangan Abdul Ma’mur Khatib Tunggal atau Dato’ Ri Bandang yang dari Minangkabau, Sumatera Barat yang datang di Tallo (saat ini Makassar) di bulan September 1605. Beliau mengislamkan Raja Gowa ke-XIV I-MANGNGARANGI DAENG MANRABIA dengan gelar SULTAN ALAUDDIN (memerintah Tahun 1593-1639), dan dengan Mangkubumi I-MALLINGKAANG DAENG MANYONRI KARAENG KATANGKA yang sebagai Raja Tallo. Ke-2 raja ini, yang mulai merengkuh Agama Islam di Sulawesi Selatan.

Pada tanggal 9 Nopember 1607, persisnya hari Jum’at, diselenggarakan shalat Jum’at pertama di Masjid Tallo dan dipastikan dengan cara resmi jika warga Kerajaan Gowa-Tallo sudah merengkuh Agama Islam, di saat bertepatan juga, diselenggarakan shalat Jum’at di Masjid Mangallekana di Somba Opu. Tanggal berikut yang seterusnya diperingati sebagai Hari Jadi Kota Makassar semenjak Tahun 2000, yang awalnya hari kejadian kota Makassar diperingati pada tanggal 1 April tiap tahunnya.

Beberapa ningrat Makassar dan rakyatnya dengan giat turut dalam jaringan perdagangan internasional, dan hubungan dengan komune kota yang kosmopolitan itu mengakibatkan sebuah “creative renaissance” yang jadikan Bandar Makassar sebagai salah satunya pusat ilmu dan pengetahuan paling depan pada jamannya. Koleksi buku dan peta, jaman itu tetap sangat jarang di Eropa tetapi di Makassar banyak terkumpul.

Makassar sebagai salah satunya perpustakaan ilmiah paling besar di dunia, dan beberapa sultan tidak enggan-segan pesan beberapa barang paling canggih dari semua penjuru bumi, terhitung bola dunia dan teropong paling besar ketika waktunya, yang diminta secara eksklusif dari Eropa. Tekad beberapa pimpinan Kerajaan Gowa-Tallo untuk makin memperlebar daerah kekuasaan dan kompetisi Bandar Makassar dengan Kompeni Dagang Belanda (VOC) usai dengan perang paling hebat dan seru yang pernah digerakkan Kompeni.

Pasukan Bugis, Belanda dan sekutunya dari Ternate, Buton dan Maluku membutuhkan 3 tahun operasi militer di semua teritori Indonesia Timur. Baru pada Tahun 1669, pada akhirnya bisa merata-tanahkan kota Makassar dan benteng paling besarnya, Somba Opu. Untuk Sulawesi Selatan, keruntuhan Makassar pada tangan liga itu sebuah titik balik yang bermakna jika Bandar Niaga Makassar jadi daerah kekuasaan VOC, dan beberapa pasal kesepakatan perdamaian batasi dengan ketat aktivitas pelayaran antar-pulau Gowa-Tallo dan sekutunya.

Dermaga Makassar ditutup untuk pedagang asing, hingga komune saudagar pindah ke dermaga-pelabuhan lain. Pada beberapa dasawarsa pertama sesudah pembasmian kota dan bandar Makassar, warga yang masih ada membuat sebuah permukiman baru di samping utara sisa Benteng Ujung Pandang, benteng pertahanan tepi utara kota lama itu pada Tahun 1673 diatur ulangi oleh VOC sebagai pusat pertahanan dan pemerintah dinamakan baru Fort Rotterdam, dan ‘kota baru’ yang mulai berkembang di sekitarnya itu diberi nama ‘Vlaardingen’.

Permukiman itu lebih kecil dibanding Kota Raya Makassar yang sudah dihancurkan. Pada dasawarsa pertama sehabis perang, semua teritori itu ditempati tidak kurang 2.000 jiwa, pada tengah era ke-18 jumlah itu bertambah jadi seputar 5.000 orang, 1/2 salah satunya berbentuk budak. Sepanjang terkuasai VOC, Makassar jadi sebuah kota yang terlewatkan, atau beberapa penjajah penjajahan pada era ke-19 itu tidak sanggup mengalahkan jazirah Sulawesi Selatan yang sampai awalnya era ke-20 masih terbagi dalam lusinan kerajaan kecil yang mandiri dari pemerintah asing, bahkan juga kerap harus menjaga diri pada gempuran militer yang dilaksanakan kerajaan-kerajaan itu.

Karena itu, ‘Kota Kompeni’ itu cuman berperan sebagai pos penyelamatan di lajur utara perdagangan rempahrempah tanpa hinterland memiliki bentuk juga bukan ‘bentuk kota’, tapi satu aglomerasi kampung-kampung di pesisir pantai sekitar Fort Rotterdam.

Sebelumnya, aktivitas perdagangan khusus beras di Bandar Dunia ini ialah marketing budak dan supply beras ke kapal¬kapal VOC dan menggantikannya dengan rempah-rempah di Maluku. Di tahun 30-an di era ke-18, dermaga Makassar dibuka untuk beberapa kapal dagang Cina. Komoditi yang dicari beberapa saudagar Tionghoa di Sulawesi, biasanya berbentuk hasil laut dan rimba seperti teripang, sisik penyu, kulit kerang, sarang burung dan kayu cendana, hingga tidak dipandang seperti berlangganan dan kompetisi untuk monopoli jual beli rempah-rempah dan kain yang dibangun VOC.

Kebalikannya, barang dagangan Cina, khususnya porselen dan kain sutera, dipasarkan beberapa saudagarnya pada harga yang tambah murah di Makassar dibanding yang dapat diperoleh oleh pedagang asing di negeri Cina sendiri. Ada pasaran baru itu, menggerakkan kembali rutinitas maritim warga kota dan teritori Makassar. Khususnya warga beberapa pulau di teritori Spermonde mulai menspesialiskan diri sebagai pencarian teripang, komoditi khusus yang dicari beberapa pedagang Cina, dengan menelusuri semua Teritori Timur Nusantara.

Baca juga:  Karangan Bunga di Banyuwangi

Semenjak tengah era ke-18 beberapa nelayan-pelaut Sulawesi dengan teratur melaut sampai pantai utara Australia, sepanjang tiga sampai 4 bulan lama waktunya buka beberapa puluh posisi pemrosesan teripang. Sampai saat ini, hasil laut masih sebagai salah satunya mata pencarian khusus untuk warga beberapa pulau dalam daerah Kota Makassar.

Setetah Pemerintahan Penjajahan Hindia Belanda gantikan kompeni perdagangan VOC yang pailit di akhir era ke-18, Makassar dihidupkan kembali dengan menjadikan sebagai dermaga bebas di tahun 1846. Beberapa tahun selanjutnya terjadi peningkatan volume perdagangan yang cepat, dan kota Makassar berkembang dari sebuah dermaga backwater menjadi lagi bandar internasional.

Dengan makin berputar-putarnya roda perekonornian Makassar, jumlah warganya bertambah dari seputar 15.000 warga pada tengah era ke-19 jadi lebih kurang 30.000 jiwa di awal era selanjutnya. Makassar era ke-19 itu dipanggil “kota kecil paling indah di semua Hindia-Belanda” (Joseph Conrad, seorang penulis Inggris-Polandia populer),dan jadi salah satunya port of call khusus untuk beberapa pelaut pedagang Eropa, India dan Arab dalam perburuan beberapa hasil rimba yang sangat laris di pasar dunia atau perahu-perahu pribumi yang bekerja antara Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.

Di awal era ke-20, Belanda pada akhirnya mengalahkan beberapa daerah mandiri di Sulawesi, Makassar jadi sebagai pusat pemerintah penjajahan Indonesia Timur. Tiga 1/2 dekade Neerlandica, kenyamanan di bawah pemerintah penjajahan itu ialah periode tanpa perang paling lama yang pernah dirasakan Sulawesi Selatan, dan sebagai karena ekonominya berkembang dengan cepat. Warga Makassar dalam waktu itu bertambah sekitar 3x lipat, dan daerah kota diperlebar ke seluruh penjuru.

Dideklarasikan sebagai Kota Madya di tahun 1906, Makassar tahun 1920-an ialah kota besar ke-2 di luar Jawa yang membesarkan hati dianya dengan 9 perwakilan asing, deretanan panjang toko di tengah-tengah kota yang jual beberapa barang canggih dari penjuru dunia dan kehidupan sosial-budaya yang aktif dan kosmopolitan. Perang Dunia Ke-2 dan pendirian Republik Indonesia satu kali lagi mengganti muka Makassar. Keluarnya sejumlah besar masyarakat asing pada Tahun 1949 dan Nasionalisasi beberapa perusahaan asing di akhir Tahun 1950-an menjadikan kembali suatu kota propinsi.

Bahkan juga, karakter asli Makassar juga makin lenyap dengan kehadiran masyarakat baru dari beberapa daerah pedalaman yang usaha selamatkan diri dari kerusuhan karena bermacam gejolak saat revolusi.

Di antara Tahun 1930-an sampai Tahun 1961 jumlah warga m eningkat dari lebih kurang 90.000 jiwa jadi nyaris 400.000 orang, lebih dibanding separuhnya pendatang baru dari daerah luar kota. Ini dicerminkan dalam pergantian nama kota jadi Ujung Pandang berdasar panggilan “Jumpandang” yang sepanjang beratus-ratus tahun lama waktunya mengidentifikasi Kota Makassar untuk orang pedalaman pada Tahun 1971.

Baru pada Tahun 1999 kota ini berbedaa namanya menjadi lagi Makassar, persisnya 13 Oktober berdasar Ketentuan Pemerintahan Nomor 86 Tahun 1999 Nama Ujung Pandang dibalikkan jadi Kota Makassar. Dan seperti Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 mengenai Pemerintah Wilayah yang ditukar dengan Undangundang Nomor 32 Tahun 2004, luas daerah Kota Makassar semakin bertambah lebih kurang 4 mil mengarah laut sama dengan 10.000 Ha, hingga semua dataran dan lautan selebar ± 27.577Ha.

Kota Makassar Dalam Peta

 

 

GEOGRAFIS

GEOGRAFIS
GEOGRAFIS KOTA MAKASSAR

Makassar ialah Ibu Kota Propinsi Sulawesi Selatan, yang berada pada bagian Selatan Pulau Sulawesi yang dulu disebutkan Ujung Pandang, berada di antara 119º24’17’38” Bujur Timur dan 5º8’6’19” Lintang Selatan yang bersebelahan samping Utara dengan Kabupaten Maros, samping Timur Kabupaten Maros, samping selatan Kabupaten Gowa dan samping Barat ialah Selat Makassar. Kota Makassar mempunyai topography dengan kemiringan tempat 0-2°(datar) dan kemiringan tempat 3-15° (bergelombang). Luas Daerah Kota Makassar terdaftar 175,77 km persegi. Kota Makassar mempunyai keadaan cuaca sedang sampai tropis mempunyai temperatur udara rerata sekitar di antara 26,°C s/d 29°C.

Kota Makassar ialah kota yang berada dekat sama pantai yang menghampar sejauh koridor barat dan utara dan dikenal juga sebagai “Waterfront City” yang mengucur beberapa sungai (Sungai Tallo, Sungai Jeneberang, dan Sungai Pampang) yang keseluruhnya bersumber ke kota. Kota Makassar sebagai bentangan dataran rendah yang ada di ketinggian di antara 0-25 mtr. dari permukaan laut. Dari keadaan ini mengakibatkan Kota Makassar kerap alami kubangan air pada musim penghujan, khususnya di saat turun hujan bertepatan dengan naiknya air pasang.

Secara administrasi Kota Makassar dipisah jadi 15 kecamatan dengan 153 kelurahan. Antara 15 kecamatan itu, ada tujuh kecamatan yang bersebelahan dengan pantai yakni Kecamatan Tamalate, Kecamatan Mariso, Kecamatan Wajo, Kecamatan Ujung Tanah, Kecamatan Tallo, Kecamatan Tamalanrea, dan Kecamatan Biringkanaya.

Batasan-batas administrasi Kota Makassar ialah:

– Batasan Utara: Kabupaten Maros
– Batasan Timur: Kabupaten Maros
– Batasan Selatan: Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar
– Batasan Barat: Selat Makassar

Pada umumnya topography Kota Makassar digolongkan jadi dua sisi yakni :

a. Sisi Barat menuju Utara relatif rendah dekat sama pesisir pantai.

b. Sisi Timur dengan kondisi topography berbukit seperti pada Kelurahan Antang Kecamatan Panakukang.

Perubahan fisik Kota Makassar condong ke arah sisi Timur Kota. Ini kelihatan dengan giatnya pembangunan perumahan di Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea, Mangggala, Panakkukang, dan Rappocini.

 

%d blogger menyukai ini: