Karangan Bunga di Nabire

Diposting pada

Karangan Bunga di Nabire

 

Selain wangi, bunga dipuji berkat keindahan kelopak dan warna-warninya. Awalnya, bunga dipandang sebagai atribut religius sebuah seremoni. Kini, bunga bukan lagi attribut pada upacara keagamaan semata. Kebutuhan terhadap karangan bunga semakin tinggi tatkala penduduk kota semakin berkeinginan memaknai suatu hal dengan karangan bunga.

Pertumbuhan kota tentu semakin pesat tiap harinya. Perkembangan penduduk menyebabkan kebutuhan yang lebih besar pula terhadap karangan bunga di perkotaan. Pesta-pesta, perhelatan, acara keagamaan, hingga kegiatan pada sebuah perusahaan terjadi setiap kalinya menghiasi kesibukan warga Kota. Sebagai kota daerah yang berkembang, Kota tentu telah memiliki florist-florist lokal yang siap menjawab kebutuhan dekorasi bunga. Namun, terkadang hal ini belumlah cukup.

Pesanan karangan bunga juga kerap datang dari luar kota. mengakibatkan peningkatan kerja produsen bunga di kota. Beragam permintaan seperti bunga papan, bouquet dan standing flowers dari luar kota terkadang tidak terjawab. Hal ini, tidak jarang membuat pelanggan enggan repeat order atau malah mengilustrasikan bahwa dekorasi karangan bunga sebagai pilihan yang merepotkan.

Menyadari kesulitan pasokan bunga di kota daerah, kini hadir florist terjangkau dan berkualitas di kota. Karangan Bunga di Nabire merupakan penghasil bunga yang melayani permintaan kota tetapi juga bekerja merangkaikan bunga sekaligus melayani pembelian pada toko bunga di kota.

Selain karangan bunga berskala banyak, attribut suksesi dan terima kasih berupa buah tangan seikat bunga pun akan dilayani. Baik dalam wujud buket atau standing flowers berisikan ucapan ulang tahun, wisuda, kelahiran atau dukacita. Sebagai salah satu florist Karangan Bunga di Nabire paham tiap keinginan karangan bunga bagi momen spesial warga Kota.

Bagi Anda warga kota yang akan menyambut agenda penting, tidak perlu lagi enggan memesan seikat karangan bunga. Jadikan Karangan Bunga di Nabire sebagai [mitra|sahabat|rekan] pada setiap acara special Anda.

Untuk pemesanan Karangan Bunga di Nabire, Anda dapat langsung menghubungi kami disini

melalui telepon maupun whatsapp 081234540602

Beberpa contoh-contoh Karangan Bunga di Nabire

Karangan Bunga di Nabire Karangan Bunga di Nabire Karangan Bunga di Nabire Karangan Bunga di Nabire Karangan Bunga di Nabire Karangan Bunga di Nabire Karangan Bunga di Nabire Karangan Bunga di Nabire


Tentang Kabupaten Nabire

“Nabire” demikian saat ini disebutkan, ialah satu daerah Pemerintahan Kabupaten yang terhampar di sekitar “Leher Burung” pulau Papua. Dalam perubahannya “Nabire” sudah melebihi fase-fase sebelum masuknya Pemerintahan Belanda, zaman Pemerintahan Belanda serta zaman Pemerintahan RI sampai sekarang ini.

Paparan tentang riwayat Pemerintah Kabupaten Nabire ini bukan adalah satu tulisan yang telah prima, hingga masih perlu untuk ditelaah serta disempurnakan bersama hingga jadi satu materi yang dapat dimengerti serta diterima oleh semua golongan.

1. Asal mula serta makna Nabire

Sebelum membahas riwayat singkat Kabupaten Nabire karena itu lebih dulu akan dikatakan rincian dengan singkat mengenai asal mula serta makna Nabire dari beberapa sumber/versus. Rincian tentang narasi asal mula serta makna Nabire ini bukan untuk dipertentangkan tapi adalah wawasan untuk diulas dengan cara bersama-sama, hingga nanti dapat diketahui asal mula serta makna Nabire yang sebetulnya.

a. Versus Suku Wate

Berdasar narasi dari suku Wate, jika kata “Nabire” datang dari kata “Nawi” pada jaman dulu dikaitkan dengan situasi alam Nabire di saat itu yang terdapat banyak binatang jangkrit, khususnya disepanjang kali Nabire.
Lama kelamaan kata “Nawi” yang alami perkembangan penyebutan jadi Nawire serta pada akhirnya jadi “Nabire”.
Suku Wate yang terbagi dalam lima suku yakni Waray, Nomei, Raiki, Tawamoni serta Waii yang memakai satu bahasa terbagi dalam enam kampung serta tiga area.
Di tahun 1958, Konstein Waray yang memegang untuk Kepala Kampung Oyehe memberikan tempat/tempat ke Pemerintah.

b. Versus Suku Yerisyam

Menurut versus suku Yerisyam Nabire datang dari kata “Navirei” yang berarti wilayah tertinggal atau wilayah yang dibiarkan. Penyebutan Navirei ada untuk nama satu tempat di saat diselenggarakannya acara pesta pendamain tukar wilayah di antara suku Hegure serta Yerisyam.

Pengucapan Navirei selanjutnya menjadi Nabire yang dengan cara sah digunakan untuk memberikan nama wilayah ini oleh Bupati pertama yakni Bapak AKBP. Drs. Surojotanojo, SH (Alm).

Versus lain Suku ini jika Nabire datang dari Na Wyere yang berarti wilayah kehilangan. Pemahaman ini terkait dengan berlangsungnya epidemi penyakit yang menggempur masyarakat ditempat, hingga banyak yang tinggalkan Nabire kembali pada kampungnya serta Nabire jadi sepi makin lama penyebutan Na Wyere jadi Nabire.

c. Versus Suku Hegure

Versus dari suku ini jika Nabire datang dari Inambre yang berarti pesisir pantai yang ditumbuhi oleh tanaman tipe palem-palem seperti pohon sapu ijuk, pohon enau rimba, pohon nibun serta tipe pohon palem yang lain. Karena ada jalinan/komunikasi dengan suku-suku pendatang, lama kelamaan penyebutan Inambre menjadi Nabire.

d. Dalam Hubungan dengan penyelenggaraan pemerintahan

Nabire dalam hubungannya dengan penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan sekarang ini adalah kependekan dari beberapa kata N-nyaman, A-Aman, B-bersih, I-indah R-ramah, E-elok yang memiliki kandungan arti jika “Nabire” (nyaman, aman, bersih, indah, ramah serta elok) itu adalah satu situasi yang diinginkan serta memerlukan keterkaitan semua susunan warga untuk merealisasikannya.

e. Zaman sebelum Pemerintahan Belanda

Sampai sekarang ini, sebab kekurangan sumber data/info karena itu apa serta bagaimana penyelenggaraan pemerintahan pada babak ini belum dapat dirinci.

2. Zaman Pemerintahan Belanda

Daerah Tanah Papua telah semenjak tahun 1828 dipandang seperti sisi dari daerah/tanah jajahan Belanda di Kepulauan Indonesia, tetapi kekuasaan Pemerintahan Belanda baru betul-betul terjadi di Papua ini di tahun 1898 saat Tweede Kamer (Parlemen Belanda) mensahkan Budget Berbelanja sebesar F. 15.000 (Gulden), untuk membangun pemerintahan di wilayah jajahannya.

Baca juga:  Karangan Bunga di Kendal

Papua pada saat itu Irian Barat dipisah jadi dua sisi, semasing dikendalikan oleh Kontrolir Belanda, sisi utara diberi nama Afdeling Noord Nieuw Guinea berkedudukan di Manokwari serta kuasai wilayah yang terbentang dari Jamursba (Kaap de Guide Hoop).
Samping barat sampai ujung timur Teluk Humbolt, serta sisi barat diberi nama West en Zuid Nieuw Guinea berkedudukan di Fak-fak serta kuasai Wilayah Jamursba ke selatan, telusur ke timur sampai ke tepian wilayah jajahan Inggris (PNG saat ini).

Dengan begitu daerah Kabupaten Dati II Paniai saat akan dimekarkan masuk di Noord Guinea serta beberapa lagi masuk di West en Zuid Nieuw Guinea. Berulang-kali Pemerintahan Penjajah Belanda membuat pembagian daerah Papua ini untuk mempermudah capaian perebutan atas wilayah jajahannya.

Usaha pembagian wilayah dalam satuan-satuan Wilayah Administratif tetap terbentur pada fakta yang susah, hingga pada akhirnya harus beradaptasi dengan fakta situasi daerah.

Sampai tahun 1930 orang belum mengenali ada masyarakat di Wilayah Pegunungan Tengah, demikian juga masyarakat wilayah ini belum mengenali ada Pemerintah yang kuasai daerahnya.

Oleh karenanya Pos Pemerintahan pertama yang berada di 3 daerah ini dahulu (Nabire, Paniai serta Pucuk Jaya) pada saat Penjajahan Belanda sampai tahun 1938 cuma ada pada 2 (dua) tempat dipesisir pantai yakni :

Pos Pemerintahan yang pertama di Kwatisore (Area Yaur saat ini) dibuka di tahun 1912 oleh Gezaghebberd Welt dari Onder Afdeling di Manokwari.
Pos Pemerintahan pertama di Napan Weinami sesudah Bestuur Assistent dari Serui berkunjung ke Napan tahun 1920 serta untuk kali pertamanya diletakkan Bestuur Assistent namanya A. Thenu di Napan Weinami, daerah kekuasaannya mencakup semua Pesisir Pantai ke Goni serta Wilayah Pedalaman.
Pertama kali dibukanya Pos Pemerintahan Belanda di Enarotali (Wisselmeren) sesudah Pastor Tillemans berkunjung ke beberapa daerah pedalaman Paniai lewat Kokonau di tahun 1932 dengan misi penginjilan Katholik.
Selanjutnya awal April 1937 di samping barat pegunungan tengah Letnan Dua Laut Ir. F.J. Wissel Pilot dari perusahaan Nederlands Nieuw Guinea Petroleum Maatschapij (NNGPM), mendapatkan gugusan danau di kawasaan pegunungan yang benar-benar belum diketahui, serta di peta bumi masih memiliki warna putih.

Untuk pastikan penemuan ini, tanggal 18 September 1937 dimulailah ekspedisi yang diperintah langsung oleh Assitent Residen Fak-Fak Dr. J.W. Cator serta pada tanggal 3 Oktober 1937 mendapatkan sekumpulan warga pegunungan. Masyarakat di sini termasuk juga Suku Kapauku yang selanjutnya diketahui sekarang ini dengan nama Suku Ekagi. Diperjalanan pulang, Cator ajak sebagian orang Marga Zonggonau dari Suku Moni untuk Penunjuk Jalan serta Juru Bahasa.

Pada tanggal 10 November 1938 Pos Pemerintahan Belanda dibuka untuk pertama-tama, petinggi yang pertama-tama bekerja di sini ialah J.F. Stutterheim, untuk Assistent Controleur, selanjutnya awal Februari 1939 Dr. J.F. Victor De Bruin menggantinya untuk Controleur di Wisselmeren.

Sekian tahun selanjutnya Pemerintah Belanda buka Onder Area di Nabire, yakni di tahun 1942, dengan Petinggi Area Hooft Bestuur Assistent (H.B.A.) Somin Soumokil.

Pada jaman Gubernur Van Waardenburg persisnya mulai 1 April 1952 daerah Papua dipisah dalam 4 Afdeling. Daerah Paniai adalah sisi dari Afdeling Central Nieuw Guinea yang terdiri dari 3 Onder Afdeling yakni :

a. Onder Afdeling Wisselmeren dengan ibu kota Enarotali
b. Onder Afdeling Tigi dengan ibu kota Waghete
c. Onder Afdeling Grothe Valley dengan ibu kota Wamena

Dalam perubahan setelah itu daerah Paniai dimasukkan dalam Afdeling Geelvinkabaai yang berkedudukan di Biak untuk Waarnement Residen dengan 2 Onder Afdeling yaitu Wisselmeren (Enarotali) serta Tigi, sedang Onder Afdeling Baliem Valley dimasukkan dalam Afdeling Holandia (Jayapura).

Mengenai beberapa nama HPB Onder Afdeling Wisselmeren semenjak 10 November 1938 s/d tahun 1962 mendekati penyerahan kekuasaan, seperti berikut :

Dr. J. F. Stutterheim Periode 10-11-1938 s/d Feb 1939
Dr. J. V. de Bruin Periode Feb 1939 s/d 1947
Meyer Raneff Periode 1947 s/d 1949
Raphael de Haan Periode 1949 s/d 1955
J. Massink Periode 1955 s/d 1960
Mr. J. Ch. Haring Periode 1960 s/d 1962
Mr. Kron Periode 1962 s/d UNTEA
Sedang sebagai HPB Tigi (Waghete) di tahun 1961 ialah Masaairuc. Disamping itu pejabat-pajabat daerah Area di Wisselmeren serta Tigi semenjak 10 November 1962 mendekati penyerahan kekuasaan ialah seperti berikut :

H. Bosh, Adjunct Administratif Ambtenaar (A.A.A) Area Paniai Timur
L. Latenstein, A.A.A. Area Paniai Barat
Weinand Wambrauw, Candidaat Bestuur Assistant (C.B.A) Area Aradide merangkap Homeyo
Hans Inggabouw, Bestuur Assistant (B.A) Area Tigi
Florens Imbiri, Candidaat Bestuur Assistant (C.B.A) Area Moanemani
Edmundus Inggirik (C.B.A) Area Mapia
Andreas Karma, Candidat bestuuur Assistent (C.B.A) Area Nabire
Pembagian paling akhir mendekati penyerahan kekuasaan di tahun 1961 daerah Papua terdiri dari 6 Afdeling, 83 Onder Afdeling, 83 Area dari 2.087 Dorp dan 5 daerah eksplorati. Pada jaman itu Paniai masuk ke Central Bergland dengan posisi Ibukota sesaat di Holandia. Di daerah Paniai ada 2 Onder Afdeling yakni Wisselmeren serta Tigi dan ada 5 daerah Eksplorati Resor (wilayah Operasi), yakni Westelijke Bergland, Bokondini en Zwart Valley serta Noord Oost en West Baliem dan Oostelijke Bergland.
Pada saat pemerintahan ke-2 Onder Afdeling itu mempunyai daerah Area yang mencakup :

Onder Afdeling Wisselmeren mencakup :

1. Area Paniai Timur
2. Area Paniai Barat
3. Area Aradide

Onder Afdeling Tigi mencakup 3 daerah Area yakni :

1. Area Tigi
2. Area Kamu
3. Area Teluk Sarera di Nabire

3. Zaman Pemerintahan Republik Indonesia

Sesudah Irian Barat, sekarang Papua kembali pada Pangkuan Ibu Pertiwi, karena itu dengan Surat Ketetapan Wakil Pertama Menteri Republik Nomor : 120/PM/1965 tanggal 23 November 1965, Paniai diputuskan jadi Kabupaten Administratif yang lepas dari Kabupaten Jayawijaya, dengan Ibukota Enarotali. Sehubungan Ibukota Enarotali ada di wilayah pedalaman, karena itu berdasar alasan efektifitas serta efektivitas, Ibukota Kabupaten Paniai dipindah dari Enarotali ke Nabire di tahun 1966 dengan fakta Nabire yang ada di Wilayah Pantai adalah pintu masuk di wilayah pedalaman lewat transportasi laut sesuai Surat Saran Bupati Administratif Paniai Nomor : 1035/PU/66 tanggal 17 Oktober 1966.

Searah dengan Perubahan Undang-undang Pemerintahan wilayah, yakni nomor 18 tahun 1965, karena itu Pemerintah Pusat memutuskan Undang-undang Nomor 12 tahun 1969 mengenai Pembangunan Propinsi Otonom Irian Barat serta Kabupaten-Kabupaten Otonom di Irian Barat, dengan begitu Kabupaten Administratif Paniai diputuskan jadi Kabupaten Otonom atau Kabupaten Wilayah Tingkat II Paniai.
Pembangunan Wilayah semenjak Pelita I dan sebagainya, tuntut ada kenaikan service Pemerintah dalam menjawab keperluan warga yang makin bertambah, mengakibatkan di tahun 1984 berdasar Surat Ketetapan Menteri Dalam Negeri Nomor : 821.26-769 tanggal 3 Oktober 1984, Kabupaten Dati II Paniai dibuat 2 daerah Pembantu Bupati yakni Pembantu Bupati Enarotali serta Pembantu Bupati Mulia, hingga dengan cara administratif Kabupaten Dati II Paniai dipisah jadi 2 daerah Pembantu Bupati, 17 Kecamatan, 9 Perwakilan Kecamatan, 332 Desa, 9 Kelurahan serta 6 UPT untuk Desa Persiapan. Selanjutnya berdasar Ketentuan Pemerintah Nomor : 65 Tahun 1996 mengenai Penentuan 63 Kecamatan di Propinsi Irian Jaya. Kecamatan tersebut diputuskan jadi Kecamatan definitif.

Semasa dengan status jadi daerah Pembantu Bupati, yang sempat memegang untuk Pembantu Bupati di ke-2 daerah itu ialah :

1. Pembantu Bupati Enarotali

a. Drs. W. Wambrauw tahun 1984 – 1986
b. Agustinus Isir, BA tahun 1986 – 1996

2. Pembantu Bupati Mulia

a. Drs. Ruben Ambrauw tahun 1984 – 1993
b. Drs. AMS. Ardiwinata tahun 1993 – 1994
c. Drs. Marthen Talebong tahun 1994 – 1996

Sebab bertambahnya beban pekerjaan serta volume kerja dan alasan efektifitas serta efektivitas dalam pembinaan, pengaturan, pengaturan, rencana serta penerapan pekerjaan pembangunan daerah dan untuk memperlebar capaian service ke warga, karena itu berdasar Ketentuan Pemerintah Nomor : 52 tahun 1996 Kabupaten Dati II Paniai dimekarkan jadi 3 Kabupaten yakni :

a. Kabupaten Dati II Nabire dengan Ibukota Nabire
b. Kabupaten Administratif Paniai dengan Ibukota Enarotali
c. Kabupaten Administratif Pucuk Jaya dengan Ibukota Mulia

Sekarang ini ke-2 Kabupaten administratif itu sudah beralih posisi jadi Kabupaten Otonom.

Setelah itu dengan perkembangan Undang-Undang Pemerintahan Wilayah dari Undang-Undang Nomor: 5 Tahun 1974 jadi Undang-Undang nomor : 22 tahun 1999 mengenai Pemerintahan Wilayah, dengan ide Otonomi Wilayah yang luas, riil serta bertanggungjawab, karena itu wilayah Tingkat II dihapus, hingga panggilan Kabupaten Dati II Nabire menjadi Kabupaten Nabire.

Perubahan penyelenggaraan pemerintahan wilayah setelah itu merujuk ke, Undang–undang nomor 32 tahun 2004 mengenai Pemerintah Wilayah serta Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 mengenai Otonomi Spesial Propinsi Papua.

Semenjak terpisahnya Kabupaten Paniai dari Kabupaten Jayawijaya sampai jadi Kabupaten Nabire serta sampai sekarang ini, karena itu yang sempat menempati kedudukan Bupati Kepala Wilayah ialah :

1. A.K.B.P. Drs. Soerodjotanojo, SH Periode : 1966 -1969
2. Karel Gobay Periode : 1969 -1972
3. Drs. Andreas Soenarto Periode : 1973 -1978
4. Drs. Serteis Wanma Periode : 1978 -1984
5. Letkol Inf. Soekiyo Periode : 1984 -1989
6. Letkol Inf. Joesoef Adipatah Periode : 1989 -1998
7. Drs. Herman Monim (caretaker) Periode: 1998 -1999
8. Drs. Anselmus Petrus Youw Periode : 1999 -2004
9. Drs. Anselmus Petrus Youw Periode : 2004 – 2009
10. Drs. Hendrik Pagaya Kaisepo, MM Periode : 2009 – 2010 (Penjabat Bupati)
11. Isaias Douw, S.Sos Periode : 2010 – 2015,
12. Sendius Wonda, SH., M.Sang (Penjabat Bupati) : 2015 – Saat ini

Sedang Wakil Bupati Nabire yang sempat serta memegang sampai sekarang ini ialah :

1. Drs. Tonny PH. Karubaba periode 2004 – 2009
2. Mesak Magai, S.Sos, M.Sang periode 2010 – 2015

Untuk Sekretaris Wilayah yang sempat memegang semenjak Kabupaten Dati II Paniai s/d Kabupaten Nabire sampai sekarang ini ialah :
1. Karim, BA tahun 1966 – 1968
2. D.N. Saefuddin tahun 1968 – 1970
3. Drs. Jacobus Pattiruhu tahun 1970 – 1975
4. Soekirno, BA tahun 1975 – 1982
5. Drs. Djudju Djuhendar tahun 1982 – 1987
6. Drs. Joel Boray tahun 1987 – 1992
7. Drs. Andi Baso Bassaleng tahun 1992 – 1997
8. Drs. L. B. Samosir tahun 1997 – 2002
9. Drs. J. N. Wanaha tahun 2002 – 2005
10. Drs. Ayub Kayame tahun 2005 – 2008
11. Drs. Umar Katjili (Plt) tahun 2008 – 2010
12. Drs. Adauktus Takerubun (Plt) tahun 2010 – 2012
13. Drs. Adauktus Takerubun tahun 2012 saat ini